AqidahSejarah

Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam Suratnya (bagian 2)

surat-muhammad-abdul-wahab-judul

[dibawah ini adalah bagian surat kedua, silahkan baca surat beliau bagian 1 disini]

 

…………………………………

Juga, bahwa sebaik-baik umatnya adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, kemudian Umar Al Faruq, kemudian Utsman Dzunnuroin, kemudian Ali yang diridhoi, lalu selain mereka dari 10 Sahabat yang dijamin masuk surga, kemudian pejuang perang Badar, kemudian Sahabat yang berbai’at  dibawah pohon – baiat Ar Ridhwan -, kemudian seluruh para Sahabat. Semoga Allah meridhoi mereka dan saya ridho terhadap mereka.

 

Dan saya berloyal kepada para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sayapun menyebut kebaikan-kebaikan mereka dan mendoakan keridhoan bagi mereka, memintakan ampunan bagi mereka, serta tidak menyebutkan keburukan mereka, juga diam terhadap perselisihan di antara mereka.

Saya meyakini keutamaan mereka, semua, ini dalam rangka mengamalkan firman Allah :

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [Al Hasyr : 10].

 

Saya mendoakan keridhoan terhadap ibunda-ibunda kaum mukminin (yakni para istri Nabi, pen), wanita-wanita suci dari segala yang tidak baik.

Saya juga membenarkan adanya karomah para wali dan firasat mereka. Hanya saja mereka tidak memiliki hak-hak Allah (yakni hak ketuhanan, pen) sedikitpun. Dan tidak boleh diminta dari mereka sesuatu yang tidak mampu terhadapnya selain Allah.

Dan saya tidak bersaksi bagi siapapun dari muslimin bahwa dia masuk Surga atau masuk Neraka kecuali seorang yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hanya saja, saya berharap (akibat yang baik, pen) bagi orang yang berbuat baik dan khawatir (akibat yang buruk, pen) pada orang yang berbuat buruk. 

Saya juga tidak mengafirkan seorangpun  dari muslimin dengan sebab dosa dan tidak mengeluarkannya dari lingkup Islam.

Saya berkeyakinan, bahwa jihad terus berlangsung bersama setiap imam (muslimin, pen) yang baik maupun yang zholim, dan sholat berjamaah di belakang mereka, boleh. 

Jihad tetap berlangsung sejak Allah utus NabiNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,  sampai akhir umat ini memerangi Dajjal, tidak menghentikannya kezholiman penguasa yang zholim ataupun adilnya penguasa yang adil.

Saya berkeyakinan, wajibnya mendengar dan taat kepada pimpinan kaum muslimin, yang baik maupun yang zholim, selama mereka tidak memerintahkan kepada maksiat terhadap Allah. 

Dan barangsiapa menduduki kekholifahan dan masyarakat bersepakat pada kepemimpinannya, merekapun ridho terhadapnya, serta penguasa tersebut telah menundukkan mereka dengan pedangnya sehingga menjadi kholifah, maka wajib ditaati dan haram keluar dari kepemimpinannya.

Saya berkeyakinan, melakukan hajr (mendiamkan) terhadap ahli bid’ah, serta menjauhi mereka, sehingga mereka bertaubat, dan saya menghukumi mereka sesuai dengan lahiriyahnya, adapun yang tersembunyi dalam diri mereka, maka saya serahkan kepada Allah. Dan saya berkeyakinan bahwa setiap perkara yang baru dalam agama adalah bid’ah.

Saya berkeyakinan, bahwa iman adalah ucapan dengan lisan, amalan dengan anggota badan, dan keyakinan dengan kalbu, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Dan iman itu tujuh puluh sekian cabang, paling tingginya adalah ucapan La Ilaha iIlallah serta paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.

Saya berkeyakinan, wajibnya amar ma’ruf dan nahi mungkar sesuai dengan yang diwajibkan oleh syariat Muhammad yang suci.

gurun-kaktus

 

Ini aqidah yang ringkas, saya menulisnya dalam keadaan pikiran saya sibuk, supaya kalian melihat apa yang saya yakini,  dan kepada Allahlah saya pasrahkan apa yang saya ucapkan.

 

Kemudian, tidak tersembunyi atas kalian, bahwa telah sampai berita kepada saya, bahwa surat Sulaiman bin Suhaim telah sampai kepada kalian, dan juga telah menerimanya dan mempercayainya sebagian orang yang tergolong sebagai orang berilmu di antara kalian.

 

Allah Maha Mengetahui, bahwa orang tersebut telah mengada-ada terhadap saya, banyak hal yang saya tidak mengatakannya dan bahkan mayoritasnya tidak pernah terbesit dalam pikiran saya, diantaranya :

 

Dia mengatakan, “Bahwa saya menolak kitab-kitab empat mazhab.”

Dan, “Bahwa saya mengatakan, bahwa orang-orang sejak enam ratus tahun tidak berada di atas keyakinan yang benar.”

Dan, “Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid, serta saya keluar dari taqlid.”

Dan, “Bahwa saya mengatakan, bahwa perbedaan pendapat ulama adalah bencana.”

Dan, “Bahwa saya mengafirkan orang yang melakukan tawassul dengan orang sholih, serta saya mengafirkan al Bushiri, karena dia mengatakan, ‘Ya akromal kholqi …’. Serta saya mengatakan, 

“Andai saya mampu menghancurkan kubah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu saya akan mengahancurkannya.”

Dan, “Andai saya mampu terhadap Ka’bah, tentu saya akan mencabut talang emasnya dan akan saya ganti dengan talang kayu.”

Dan, “Saya mengharamkan ziarah kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan saya mengingkari ziarah kubur kedua orang tua dan selain keduanya.”

Dan, “Bahwa saya mengafirkan seorang yang bersumpah dengan selain Allah.” Serta, “Bahwa saya mengafirkan Ibnu Faridh, dan Ibnu Arobi, serta saya membakar kitab dalail khoirot, dan kitab roud royyahin, bahkan saya menamainya ‘roud syayathin’.”

Untuk menjawab masalah-masalah ini, saya katakan:

Maha suci Engkau ya Allah, ini adalah kedustaan yang besar.

Sebelum itu, telah ada yang membuat kedustaan atas nama Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau mencela Nabi Isa bin Maryam,  dan mencela orang-orang sholih. Sungguh telah serupa kalbu mereka dalam hal membuat kedustaan, dan ucapan palsu. 

Allah berfirman: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah.” [An Nahl : 105].

Mereka juga membuat kedustaan bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Bahwa para malaikat, Nabi Isa dan Uzair adalah di Neraka.” 

Maka terkait hal ini, Allah menurunkan: “Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari Neraka.” [Al Anbiya : 101]

 

Adapun masalah yang lain, yaitu:

Bahwa saya mengatakan, “Islam seseorang tidak sempurna sehingga mengetahui makna La ilaha illallah,”

dan, “Bahwa saya mengajari siapa yang datang kepada saya tentang maknanya, serta, bahwa saya mengafirkan orang yang bernazar bila meniatkan dengan nazarnya untuk bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada selain Allah, melakukan nazar karena itu, serta bahwa menyembelih untuk selain Allah adalah kekafiran,  dan sembelihannya adalah haram.”

Maka masalah-masalah ini benar dan saya telah mengatakannya, dan saya memiliki dalil-dalil padanya, baik dari kalamullah maupun kalam Rosulnya, serta ucapan para ulama yang menjadi panutan, seperti ucapan Imam yang empat.

Dan, bila Allah beri kemudahan, saya akan beri jawaban yang rinci terhadapnya pada sebuah buku yang khusus, insya Allah.

Kemudian ketahuilah dan renungkanlah firman Allah ta’ala: 

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”  [Al Hujurot : 6] 

 

[Ad Duror Saniyyah, 1 : 29-35]

 

Oleh: Ustadz Qomar Z.A, Lc

Comment here