Siapa yang hendak melihat sosok ulama yang kokoh dalam berdakwah, tengoklah Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رَحِمَهُ اللهُ. Beliau termasuk salah seorang ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah yang teguh memegang prinsip agama walau banyak musuh menghadang. Beliau salah seorang ulama yang teguh kukuh berdakwah walau badai fitnah dan tuduhan keji-dusta menghantam dirinya. Gelombang fitnah dan siasat licik tak semata ditujukan kepada beliau saat beliau masih hidup. Saat jasad beliau telah di alam barzakh pun, dahsyatnya fitnah dan tuduhan keji-dusta terus digelembungkan. Bahkan, hingga kini, kebencian dari orang-orang yang memusuhi pemahaman yang beliau ajarkan, terus berlanjut.
Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan sosok ulama yang telah membuka mata orangorang yang terperangkap sikap ghuluw (ekstrim, berlebih-lebihan) terhadap orang-orang saleh. Beliau termasuk ulama yang memberi cahaya, saat manusia diliputi kesyirikan, takhayul, khurafat, dan mengada-adakan ajaran yang tidak diajarkan dalam Islam, tapi dinisbahkan sebagai ajaran Islam. Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah satu dari sekian banyak ulama yang menyerukan tauhid serta meninggalkan kesyirikan, menyadarkan umat agar merujuk ke tuntunan Nabi Muhammad ﷺ serta menanggalkan sikap menyelisihinya, memperlakukan orang-orang saleh secara proposional, terhormat dan tidak ghuluw, memberantas ajaran-ajaran takhayul serta dongeng-dongeng khurafat, sarat dusta.
Dalam sebuah buku berjudul Dahru Iftira’at Ahli Az Zaighi wa al Irtiyab ‘an Da’wati Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab رَحِمَهُ اللهُ, yang ditulis seorang ulama sepuh Saudi Arabia, mantan dosen di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia, Asy Syaikh DR. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, disebut bahwa Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رَحِمَهُ اللهُ memeluk akidah (keyakinan) sebagaimana dipeluk salafushshalih dari kalangan shahabat (Rasulullah ﷺ) dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik. Beliau menganut akidah (sebagaimana) para imam sunnah dan imam (orang-orang yang memberi) petunjuk. Tak menyelisihi para imam tersebut sedikit pun. Tidak pula menyelisihi dalam masalah (teologis) terkait nama-nama Allah dan sifatsifat-Nya. Beliau tak menyelisihi dalam masalah keimanan dan kekafiran.
Demikian pula dalam masalah janji (al wa’d), ancaman (al wa’id), dan syafaat, beliau tak menyelisihinya. Beliau tidak mengafirkan seseorangpun kecuali yang telah dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Inilah prinsip-prinsip dan metodologi Ahlu Sunnah. Ini merupakan sesuatu yang telah dikenal dari diri beliau. Sedemikian terang benderang, seterang sinar mentari. Walhamdulillah (segala puji hanya bagi Allah).
Tidak akan ada orang yang mengingkari prinsip-prinsip dan metodologi yang dipegang kukuh Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رَحِمَهُ اللهُ kecuali orang yang buta mata hatinya. Sungguh hal itu telah dijelaskan sejumlah para ulama melalui tulisan-tulisan (ilmiah) nya berkenaan Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab. Dari pernyataan ilmiah di atas tersimpulkan bahwa pandangan, keyakinan, prinsip-prinsip dan metodologi yang diajarkan Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab kepada kaum muslimin sama sebagaimana dengan yang disampaikan ulama Ahlu Sunnah lainnya, seperti Al Imam Ahmad bin Hambali, Al Imam Syafi’i, Al Imam Malik, serta para ulama lainnya.
Sebagai ulama sunni yang kokoh, Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tegas memperingatkan kaum muslimin dari kesesatan ajaran Syiah. Tak heran bila orang-orang Syiah menuding ajaran Wahabi sebagai ajaran yang anti persatuan dan intoleran. Kebencian kaum Syiah terus digulirkan dan ditanamkan ke tengah umat Islam. Kaum Syiah memiliki agenda hitam untuk membunuh pemahaman Islam yang lurus yang didakwahkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Selain itu, sikap dalam masalah takfir sangat jelas sekali. Beliau tidak akan menjatuhkan vonis kafir kecuali Allah dan Rasul-Nya memvonis kafir.
Maka, akan sangat keliru manakala tuduhan bermudah-mudahan mengkafirkan terhadap sesama muslim dialamatkan kepada beliau. Sebuah sikap yang tidak ilmiah sama sekali bila aksi-aksi radikal dan teror dewasa ini disandarkan kepada Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Wahabi dituding sebagai pemahaman yang mewarnai aksiaksi brutal tersebut. Seakan Wahabi adalah monster garang yang suka bau amis darah. Padahal kalau mau jujur dan ilmiah, terorisme dan radikalisme tumbuh kembang secara subur di sebuah negara yang memberlakukan liberalisme dan demokratisme. Karena paham kebebasan, maka para teroris bebas menanamkan pahamnya. Karena berada di alam demokrasi, maka paham-paham sesat berhak dan memiliki kebebasan untuk hidup. Hidup di alam demokrasi dan liberal, buku-buku, media massa, tulisan yang sesat dan menyesatkan tak boleh diberangus. Karena, itu merupakan kebebasan dalam menyampaikan pendapat, pikiran, dan keyakinan. Tak ada tolok ukur baku untuk menentukan kelayakan dan kepatutannya. Jadi, semua boleh hidup di alam demokrasi dan liberal.
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشاءُ وَيَهدي مَن يَشاءُ ۖ فَلا تَذهَب نَفسُكَ عَلَيهِم حَسَراتٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَليمٌ بِما يَصنَعونَ
”Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya
yang buruk lalu ia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendakiNya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” [Q.S. Fathir: 8].
Orang yang berdakwah menyeru tauhid, menghidupkan sunnah, mengajak untuk menaati Allah dan Rasul-Nya, dituding dengan beragam tuduhan negatif. Sementara yang membiarkan kekufuran, kemaksiatan, dan melakukan kerusakan di muka bumi dianggap sebagai manusia paling berjasa dalam merawat keragaman dan kebhinekaan. Bègitulah orangorang yang menganggap baik amal perbuatannya, padahal senyatanya ia tengah berbuat kerusakan. Mereka tidak sadar.
Buah dari penelitian ilmiah yang dilakukan Asy Syaikh DR. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah sebagaimana dalam karyanya di atas, menyebutkan bahwa orang-orang yang sesat menciptakan berbagai kedustaan terhadap Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwah Salafiyah. Di antara bentuk kedustaan mereka, yaitu menuduh beliau rahimahullah (mudah) mengafirkan kaum muslimin dan menghalalkan untuk memeranginya. Selain itu, mereka menuduh pula, bahwa Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab membenci para wali dan orangorang saleh. Kata Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah, mereka sangat berlebihan dalam menciptakan berbagai kedustaan terhadap Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab رَحِمَهُ اللهُ, para pengikutnya dan dakwah Salafiyah; dakwah tauhid dan mengikuti Rasulullah ﷺ.
Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab beserta anak-anaknya, dan para ulama dakwah telah menyatakan dusta terhadap segenap kebohongan yang dilekatkan kepada beliau. Beliau menjelaskan dengan penjelasan yang memuaskan. Sesungguhnya mereka tidak mengafirkan orang-orang yang berbuat kesyirikan atau kekufuran kecuali setelah menegakkan hujjah dan menjelaskannya (menasehati) kepada yang bersangkutan. Metodologi yang diterapkan Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berdasarkan metodologi Ahlu Sunnah wal Jamaah. Beliau tidak menyelisihinya. Walhamdulillah. Tidak sebagaimana kaum Khawarij, Mu’tazilah, dan Murjiah yang telah menyelisihi. Maka, menurut Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رَحِمَهُ اللهُ, iman merupakan perkataan (qaul) dan amal. Qaul al Qalbi dan lisan, amal hati, anggota tubuh dan lisan. Iman bisa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan menunaikan ketaatan dan berkurang dengan berbuat maksiat. Berbeda dengan (kelompok sesat) Khawarij yang berkeyakinan, jika gugur sebagian iman seseorang, maka musnahlah seluruh keimanannya. Berdasar keyakinan semacam ini, kelompok Khawarij, memvonis pelaku dosa besar itu kafir, dan menghakimi bagi yang meninggal dunia dalam keadaan melakukan dosa besar kekal di neraka. Adapun kaum Mu’tazilah berbeda dengan kaum Khawarij dalam masalah takfir (pengkafiran). Menurut pemahaman Mu’tazilah, pelaku dosa besar kedudukannya di antara dua tempat. Meskipun mereka menyepakati pelaku dosa besar kekal di neraka.
Jelaslah, bahwa Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رَحِمَهُ اللهُ
adalah termasuk seorang ulama yang kokoh memegang pemahaman sunni. Beliau mendakwahkan aqidah sebagaimana para imam yang empat mendakwahkannya. Tak menyelisihinya walau cuma sedikit. Beliau termasuk ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah. Allahu a’lam.
Oleh: Al Ustadz Abu Faruq Ayip Syafrudin
Sumber: Kokoh dalam Dakwah Majalah Qudwah
Edisi 56 Vol.05 1439 H
Comment here